Kepengurusan Yayasan

Ketua Umum: H.Subur, Ketua 1: H. Syahrial, Ketua 2: H. Abdulrahman, Ketua 3: Sekertaris: H. Agus, Bendahara:H. Irwan, Bendahara 3: H. Budimarto, Takmir: H. Agusman, UPZ: H. Doni, Kemasyarakatan: H. Yaho, Taklim: Hj. Ibu Harsa, Pendidikan: ???, Usaha: H. Zuherhan, Perawatan: H. NurAfan.

Tuesday, December 11, 2007

Film FTV Natal Kristenisasi

Film FTV Natal Kristenisasi

Rabu, 12 Des 07 07:56 WIB

sumber: eramuslim.com

Assalamualaikum

Ustad yang terhormat, saat ini di eramuslim ada berita dengan judul "Matikan TV Pada Sabtu, 15 Desember 2007 Sore!", isinya mengajak umat Islam untuk tidak melihat film ini.

Untuk masalah ajakannya saya sendiri tidak mempermasalahkan dan mendukungnya, tetapi ada sesuatu yang mengganjal karena penulis menambahkan kalimat

"Atau bagi yang tetap penasaran menonton, sebaiknya jangan lepas dari wudhu selama menonton film ini agar terhindar dari ‘Kuasa Gelap’ dan dilindungi oleh Allah SWT",

Kalimat tersebut menyiratkan ada "kekuatan gelap" yang akan menggoyahkan hati orang-orang Islam.

Bukankan kita sebagai orang Islam tidak perlu takut, karena Allah SWT yang akan melindungi orang-orang yang beriman. Apakah mungkin ritual khusus yang dilakukan untuk Film tersebut bisa mempan?

Menurut saya, sekarang mungkin malah banyak orang Islam yang penasaran ingin melihat Film tersebut, karena sudah diberitakan di eramuslim bahwaada sejenis Film di Indiaseperti yang akan diputar di stasiuntv di Indonesia telah berhasil memurtadkan jutaan orang-orang Hindu.

Menurut ustadz sendiri bagaimana sebaiknya?

Terima Kasih.

Faiz
Jawaban

Assalamu 'alaaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Inilah problematika berat yang selalu saja dihadapi umat Islam. Maju kena dan mundur pun kena juga. Jadi serba salah. Diperingatkan salah tidak diperingatkan juga bisa salah.

Kalau memang benar informasi yang ditulis oleh entah siapa sumbernya dan kini beredar banyak di milis dan email termasuk di eramuslim, maka kita memang harus tanggap untuk menghindarinya. Tapi kalau kurang cermat menanggapinya, dan bahkan terkesan panik, justru 'kepanikan' kita malah bisa menjadi iklan murahan sekaligus 'iklan gratisan' buat film tersebut. Maka setiap orang justru penasaran untuk melihatnya.

Cobalah renungkan, bukakah selama ini tidak ada sebuah film di TV yang belum lagi diputar tapi sudah bikin heboh? Dan khususnya menghebohkan jagad dunia maya muslim Indonesia.

Kami sendiri sudah menerima peringatan ini dalam bentuk email, entah siapa yang mengirimnya, sejak lama. Saat membuka isi email itu, terus terang kami sama sekali tidak tertarik untuk membacanya, apalagi untuk melihat filmnya. Kesan yang muncul pertama, email ini memang sebuah iklan gratis.

Apalagi kami tidak pernah tertarik untuk menonton acara begituan di layar TV. Dan menurut hemat kami, umat Islam yang melek agama, pastilah tidak akan menontonnya. Ngapain nonton film begituan?

Efek Psikologis Peringatan

Satu hal yang jadi pertimbangan kita adalah kenyataan bahwa otak kita tidak bisa diperintah dengan terbalik, bisanya lurus.

Kita bisa melarang orang untuk tidak memakan suatu makanan. Tapi kita tidak bisa melarang orang untuk membayangkan makanan itu. Kita bisa bilang jangan minum khamar, tapi kita tidak bisa melarang orang membayangkan khamar.

Contoh lain, kalau kita larang seseorang untuk membayangkan gajah di dalam benaknya, apalagi dengan bombastis, maka orang itu justru malah akan membayangkan gajah di benaknya. Padahal kita sudah teriak-teriak, "Jangan bayangkan gajah, jangan bayangkan gajah." Eh, ternyata orang itu malah membayangkan gajah di benaknya.

Kalau ada film heboh, lalu kita teriak-teriak, "Jangan tonton, jangan tonton."
Maka yang terjadi orang malah antri mau nonton. Itulah aspek psikologis karakter penonton kita. Dan kita tidak mau orang malah jadi menonton film itu justru karena peringatan dari kita.

Unsur Magis

Terus terang kami 100% tidak percaya kalau dikatakan film itu mengandung unsur magis atau sudah dirasuki setan, sehingga yang melihatnya akan kemasukan setan dan jadi tersesat.

Dan kalau kita cermati, tanpa harus dilakukan penyusupan setan secara ghaib di film itu pun, sebenarnya nyaris semua acara TV di negeri kita sudah berisi 'setan' yang sesat dan menyesatkan.

Cobalah bayangkan, bukankah infotainment yang isinya zina, cerai, selingkuh, mabuk, ditangkap karena narkoba atau pejabat yang ketahuan berzina di hotel merupakan acara yang sesat dan menyesatkan? Tapi kok malah tetap ditonton? Ini kan namanya sihir yang nyata.

Bukankah acara film dan sinetron yang isinya remaja SMP dan SMU berzina, pacaran, selingkuh merupakan acara yang sesat dan menyesatkan? Tapi yang nonton semakin hari semakin banyak. Bukankah ini juga merupakan bentuk sihir abad 21?

Bukankah film setan, horor, hantu dan ilmu-ilmu ghaib bukan program yang sesat dan menyesatkan? Bukankah semua itu berisi nilai-nilai yang penuh madharat serta merusak fikrah dan aqidah? Tapi kenapa orang-orang tetap setia menontonnya sampai subuh? Bukankah ini juga bentuk sihir?

Bagaimana tidak sesat kalau pogram sampah seperti itu setiap hari diputar, sejak adzan shubuh berkumandang sampai terbit matahari lagi, isinya cuma urusan syirik, fitnah dan maksiat?

Sebuah sinetron sebenarnya sudah dianggap merasuki setan dan mengadung 'sihir', ketika para pemirsanya bisa dibuat tidak mau beranjak dan merasakan ketergantungan untuk selalu terus menonton. Padahal isinya cuma berputar-putar tidak jelas, apalagi sepanjang sinetron itu tidak pernah sepi dari maksiat, pacaran, zina, hamil di luar nikah, fitnah, perpecahan keluarga, anak yang memaki ayah dan ibunya dan segudang kesesatan parah lainnya.

Jelaslah sinetron seperti itu merupakan sihir abad 21, yang sebenarnya jauh lebih parah dan lebih berat dari pada sekedar menonton film misionaris.

Peringatan Tetap Dibutuhkan, Tetapi...

Tapi lepas dari semua itu, kita ucapkan terima kasih atas peringatan yang diberikan. Sebenarnya sebagai muslim yang baik, tanpa harus diberi peringatan pun pasti kita sudah tidak akan menonton acara yang isinya hanya kegiatan dan ajakan misionaris. Apalagi kalau isinya sesat dan menyesatkan.

Hanya yang perlu kita cermati adalah efek heboh yang sebenarnya malah menjadi kampanye terselubung. Dan agaknya sisi ini tidak salah kalau kita pertimbangkan. Mengingat karakteristik para masyarakat pemirsa dan konsumen kita suka latah dan penasaran kepingin tahu.

Misalnya, ada berita di suatu kampung ada kucing berkaki tiga. Lalu tiba-tiba orang berduyun-duyung datang untuk sekedar menonton. Maka si kucing berkaki tiga pun ngetop di seantero jagad raya. Bahkan masuk TV segala.

Terus, kemarin Indonesia dihebohkan dengan terbitnya majalah Playboy Indonesia. Beragam caci maki dilontarkan kepada penerbitnya. Tapi di sisi lain, penjualan majalah ini pun sukses besar karena langsung ludes dibeli orang. Padahal sebelumnya sudah banyak majalah yang lebih porno dari Playboy beredar di pinggir jalan dan dijual bebas. Tidak ada yang beli. Tapi begitu pakai nama Playlboy, langsung balik modal dan untung besar.

Jadi yang harus kita waspadai adalah efek domino dari peringatan ini. Jangan semakin kita hebohkan, yang nonton malah semakin banyak. Akibatnya, peringatan yang kita buat malah menjadi iklan gratis atas film ini.

Padahal mimbar agama Islam yang diputar subuh di beberapa TV kita, nyaris sepi dan tidak ada yang nonton. Sungguh sangat ironis bukan?

Apakah TV Haram?

Mungkin nanti ada yang bertanya, kenapa tidak kita haramkan saja televisi? Kan isinya kemungkaran semua.

Kita masih perlu diskusi lagi untuk masalah ini, dan bukan kita harus mengharamkan total dari menonton TV. Hanya saja secara tidak langsung, semakin kita banyak menonton TV, kita harus semakin cerdas untuk memilah dan memilih.

Sebagai muslim kita harus punya filter ganda untuk bisa dengan sehat aqidah dan sehat fikrah menonton televisi. Sebab TV kita ini sudah kebanyakan racunnya dari pada gizinya. Ibarat orang makan kepiting rebus, kebanyakan tulang, kulit dan durinya dari pada dagingnya. Untuk memakannya agak merepotkan.

Dan mengharamkan TV tidak sesederhana itu memang. Sebab semakin diharamkan, maka orang akan semakin banyak nonton. Kembali kepada teori psikologis konsumen di atas.

Terus Apa?

Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana umat Islam yang konon ada 200 juta di negeri ini bisa memproduksi tayangan TV yang bermanfaat, bebas syirik dan maksiat.

Kalau untuk memiliki stasiun TVsendiri masih ilusi, setidaknya kita harus bisa membuat program tayangan TV sekaligus pemasang iklannya. Atau setidaknya ada dana wakaf umat untuk kita bisa membeli slot di jaringan TV swasta dan pemerintah. Jadi bisa tampil tanpa iklan.

Tapi biasanya, kalau diskusi sudah sampai di sini, maka para tokoh muslim akan terdiam, suasana akan hening. Karena dari dulu tidak pernah ada yang terealisasi dari program yang masih berupa mimpi itu.

Terus terang saja, kita selama ini lebih suka bikin ormas atau bikin partai dari pada memikirkan sudut yang satu ini. Padahal kita semua sudah ber-ijma' bahwa media massa adalah wilayah yang mutlak harus dimiliki demi tegaknya dakwah Islam. Tapi sekian ormas dan partai Islam yang anggotanya menjejali gedung wakil rakyat, tidak satu pun yang sudah merealisasikan program ini.

Kalau ditanya mengapa, jawabannya klasik sekali, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Capek deh!

Hikmah

Hikmah yang bisa kita petik dari rencana kalangan misionaris memutar film itu di TV adalah ini merupakan sebuah cambuk buat kita umat Islam. Pertanyaannya sederhana, apa yang sudah kita kerjakan di dunia pers, khususnya televisi?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Powered by ScribeFire.

kelanjutannya....

Tuesday, December 19, 2006

sarapan rohani 4:103

***4:103***
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

---suplemen hari ini---
Cara menghilangkan stress:
1. Jangan selalu tergantung pada orang lain
2. Jangan berburuk sangka bahwa orang lain akan menghina dan menbicarakan Anda.
3. Jangan selalu mengingat kesalahan masa lalu, perasaan bersalah dan penyesalan yang mendalam dapat mempersulit, karena menguras segenap pikiran dan tenaga
4. Jangan menyimpan kemarahan dan frustrasi, utarakan dan bicarakan dengan orang lain yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa itu
5. Jangan menyimpan rasa dengki dan cemburu, rasa dengki memakan energi
6. Jangan membiasakan sikap terburu-buru. Tindakan tersebut menjurus kepada kesalahan-penyesalan-stress.(Aris Ahmad Jaya, Spirit of Success:108)

kelanjutannya....

Sunday, December 17, 2006

Sarapan Rohani 4:101

***4:101***
101. Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapakamu men-qashar [343] sembahyang(mu), jika kamu takut diserangorang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalahmusuh yang nyata bagimu.

[343] Menurut pendapat jumhur arti qashar di sini ialah :sembahyang yang empat raka'at dijadikan dua raka'at.Meng-qashar di sini ada kalanya dengan mengurangi jumlahraka'at dari 4 menjadi 2, yaitu di waktu bepergian dalamkeadaan aman dan ada kalanya dengan meringankan rukun-rukun dari yang 2 raka'at itu, yaitu di waktu dalam perjalanan dalam keadaan khauf. Dan ada kalanya lagimeringankan rukun-rukun yang 4 raka'at dalam keadaan khaufdi waktu hadhar.

---Suplemen hari ini---
Tips mengembangkan kreatifitas
1. Tangkap gagasan
2. Siap menghadapi tantangan
3. Perluas pengetahuan
4. Tiru dan tambah-tambahi

(Aris Ahmad Jaya, Spirit of Success:101)

kelanjutannya....

Thursday, December 7, 2006

sarapan rohani 4:93

***4:93***
93. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

---suplemen hari ini---Jangan biarkan apa yang tidak dapat Anda kerjakan menghambat apa yang dapat Anda kerjakan. (Aris Ahmad Jaya:88)

kelanjutannya....

Tuesday, December 5, 2006

Enam Kebanggaan

posted by : Mubarok institute

Manusia adalah makhluk yang berkesadaran, oleh karena itu lazimnya setiap orang menyadari betul apa yang dimilikinya, apa yang bisa diberdayakan untuk kehidupan, apa yang harus diperbaiki dan apa yang harus dibuang. Secara fitri manusia adalah makhluk yang memiliki tabiat berkompetisi di samping tabiat koperatif. Orang yang akhlaknya rendah, ia akan melakukan segala cara dalam berkompetisi, meski cara yang haram sekalipun, karena ia hanya bisa berbangga dengan apa yang dianggap sebagai kesuksesan. Bagi orang yang berakhlak tinggi, ukuran kesuksesan bukan pada kemenangan itu sendiri, tetapi sebangun dengan bagaimana cara memperolehnya.


a
Baginya, kalah terhormat lebih membanggakan dibanding keme­nangan dengan curang. Kesuksesan dalam kompetisi di satu sisi diwujudkan dalam bentuk jabatan, harta, dukungan, prestasi, akreditasi, di sisi lain juga diwujudkan dalam ukuran konsistensi, morality, kejujuran, kesederhanaan dan keadilan. Berkompetisi secara fair akan melahirkan budaya koperatif, sementara berkompetisi secara curang akan melahir­kan budaya kanibalistik.

Empat tahun era refor­masi telah mengantarkan kita pada perasaan dehu­manisasi, perasaan ke­manusiaan yang compang-camping sehingga kita kehilangan kebanggaan atas apa yang kita miliki. Jabatan publik seperti Menteri, Gubernur, Hakim atau anggauta Parlemen, ternyata tidak sebangun dengan citra putra-putra terbaik bangsa. Apa yang dapat dibang­gakan dari jabatan publik yang berlu­muran dengan suap, kolusi, mafia hukum dan se­gala coreng-moreng. Gelar aka­demik yang ting­gi, apa­lagi yang sekedar gelar ke­hor­matan (Hon.) yang di­beli, juga tidak sebangun dengan kearifan, kecerdasan dan integritas. Apa yang dapat dibanggakan dari orang yang menyandang gelar akademik tinggi tetapi sering melakukan kebodohan secara telanjang. Keberhasil­an dalam bisnis ternyata juga tidak sebangun dengan kesejahteraan masya­rakat.

Apa yang dapat dibang­gakan dari konglomerat yang sukses membobol keuangan negara puluhan trilyun rupiah, yang pelunasannya dipikulkan kepada rakyat miskin? Bahkan gelar sosial keagamaan ter­nyata juga tidak sebangun dengan kesalehan dan keteladanan. Apa yang dapat dibanggakan dari seorang yang menyandang gelar agamawan tetapi perilakunya hanya menjadi tontonan, bukan tuntunan? Lalu apa yang masih bisa kita banggakan?

Bertanya Kepada Rumput Yang Bergoyang
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia melalui berbagai saluran. Pertama dan tertinggi adalah wahyu, dalam hal ini bagi orang Islam adalah Al Qur’an dan kemudian dijelaskan oleh hadis Nabi. Al Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang percaya (Q/2:97), petunjuk bagi orang yang patuh dan takwa, hudan lil muttaqin (Q/2;2). Bagi orang yang tidak percaya, al Qur’an tak berfungsi apa-apa (Q/2;6). Petunjuk Tuhan juga disampaikan melalui sunnatullah (hukum alam) pada alam semesta dan pada sejarah manusia, karena sunnatullah itu konsisten bagaikan hukum besi yang tak bisa ditawar dan diganti. (Q/35:43). Oleh karena itu orang yang pandai menangkap fenomena alam dan sejarah, yang mau belajar kepada alam dan sejarah manusia, ia bisa menjadi cerdas, bukan saja bisa menerangkan makna kejadian, tetapi juga mampu memprediksinya.

Dalam perspektif inilah maka sepanjang sejarah kemanusiaan selalu saja muncul orang bijak dengan kata-kata mutiaranya, muncul hukama dengan kata-kata hikmahnya. Hikmah itu sendiri kata Nabi bagaikan mutiara yang tercecer, yang bisa ditemukan entah oleh siapa saja (al hikmatu dlallat al mu’min anna wajadaha), oleh karena itu kapanpun orang menemukannya, hendaknya cepat pungut, meski mutiara itu berada di lumpur. (khuz al hikmat walau min ayyi wi‘a’in kharajat), dan barang siapa beruntung dapat memungut hikmah, maka kata al Qur’an, sungguh ia bagaikan menemukan “durian runtuh” yang tak ternilai harganya (waman yu’ta al hikmata faqad utiya khairan katsiran (Q/2:269). Ali bin Abi Thalib pernah berkata; Perhatikan apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang berbicara (undzur ma qala wala tandzur man qala).

Kebanggaan versi Hikmah
Adalah seorang hukama abad pertengahan ber­nama Ahnaf bin Qais, ia ditanya oleh orang-orang yang gelisah melihat perilaku masyarakatnya yang sedang sakit, yang tidak lagi mementingkan nilai-nilai kemuliaan. Wahai tuan guru, apa yang tertinggal pada kita yang masih dapat kita banggakan? ma khoiru ma yu‘tho al ‘abdu? hukama itu menjawab; akal yang orisinil (‘aqlun ghoriziyyun). Orang-orang berkata, wah, sekarang sudah tidak ada orang yang akalnya masih orisinil,. kalau akal orisinil nggak punya lalu tinggal apa (fa in lam yakun? tanya orang-orang. Adabun shalihun, sopan santun yang terjaga, kata hukama. Wah, sekarang orang juga sudah tidak lagi menjaga sopan santun tuan guru! selain dua hal itu masih adakah yang dapat kita banggakan? shohibun muwafiqun; sahabat sejati, kata hukama.

Orang-orangpun berkata; waduh... sahabat sejati juga susah didapat, karena orang tidak lagi membela yang benar tetapi membela yang bayar. Masih adakah selain yang tiga itu wahai tuan guru? qalbun murabithun; hati yang peka, kata hukama. Waduhh, lagi-lagi yang itu juga jarang didapat, kata orang-orang. Sekarang ke­banyakan orang hatinya gelap, tidak peka, nuraninya mati, masih adakah yang dapat kita banggakan wahai tuan guru? ada, thul as shumti, banyak diam, kata hukama. Yah, yah, yah, diam itu emas, kata orang. Tapi tuan guru, sekarang ini zaman reformasi, semuanya berbicara meski asal bicara, dan tidak ada orang yang mau diam merenung. Kalau lima hal itu juga tidak punya, masih adakah yang dapat kita banggakan wahai tuan guru? Ada, dan ini adalah yang terakhir, yaitu mautun hadirun; cepet mati. Subhanallaaah, desah orang-orang.

kelanjutannya....

Kebanggaan Yang Mengecoh

posted by : Mubarok institute

Secara sosial, ada dua hal yang secara umum membuat seseorang berbangga hati, yaitu; (1) jika berhasil memiliki kekayaan harta, (2) jika berhasil menduduki kursi kekuasaan. Jalan pikiran dari dua kebanggaan itu ialah, Pertama; dengan uang semuanya bisa dibeli; jabatan, titel, hukum, kehormatan bahkan orangpun bisa dibeli. Semua kesenangan hidup seakan dapat dibeli dengan uang. Kedua; dengan kekuasaan, semua keinginan bisa dicapai, semua hambatan bisa disingkirkan. Dengan menggenggam dua hal itu; harta dan kekuasaan, dunia seakan sebagai sorga.

Benarkah ?
Sesungguhnyalah bahwa manusia sering tertipu oleh obsessi sendiri. Secara fitri, kenikmatan materi selalu meningkat standardnya, yang dengan demikian manusia sebenarnya tidak pernah bisa benar-benar menikmati kekayaan. Nikmatnya makanan lezat hanya dirasakan pada kali yang pertama dan kedua. Ketika makanan lezat yang sama dihidangkan berturut-turut selama dua tiga hari, maka lidah tidak lagi merasakan kenikmatannya, sebalinya berubah menjadi bosan dan muak. Demikian juga dengan uang.

Ketika pertama kali orang memiliki uang sejuta rupiah, maka kebanggaan menyelimuti hatinya, tetapi ketika satu milyard sudah berada di tangan, maka ia tidak lagi dapat merasakan kebanggaan atas uang satu juta. Begitulah hati manusia terhadap materi; uang, pakaian, rumah, kendaraan, makanan dan seterusnya.

Demikian pula dengan kursi kekuasaan. Ketika pertama kali seseorang berhasil menduduki jabatan dalam struktur kekuasaan, maka ia berbangga hati dengan jabatannya itu. Tetapi ketika ia berhasil naik ke jenjang kekuasaan yang lebih tinggi, maka ia memandang kecil makna jabatan dibawahnya. Ketika sudah berada dalam kursi kekuasaan yang tertinggi, maka pada gilirannya ia mengidap perasaan takut jatuh dari ketinggian. Oleh karena itu yang dilakukan kemudian adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan agar tidak jatuh.

Dari atas kursi yang tertinggi ia merasa terancam oleh orang-orang yang dahulu menjadi sahabatnya, ketulusan berubah menjadi kecurigaan, keindahan pengabdian berubah menjadi rekayasa palsu. Harta dan kekuasaan seringkali mengubah perilaku manusia dari lembut menjadi kasar, dari persahabatn menjadi permusuhan, dari ketenangan menjadi kegelisahan, dari keadilan menjadi kezaliman.

kelanjutannya....

sarapan rohani 4:91

***4:91***
91. Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula)dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan
membunuh) mereka.

---suplemen hari ini---
tips menghadapi ujian:
1. Hadapi masalah, jangan lari.
2. Pelajari caranya dengan belajar dari peristiwa diri maupuan orang lain yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Berorientasi pada solusi/pemecahan masalah dan bukan pada pelebaran masalah.
4. Sabar dan berpikir positip pada Allah SWT.
(Aris Ahmad Jaya, Spirit of Success:86)

kelanjutannya....